Cerita tentang Pulau Poyalisa (Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah) - Resolusi

"if it scares you, it might be good things to try." - Seth Gordin

Pulau Poyalisa, tiga jam dengan perahu dari Ampana.

Kiranya hampir dua tahun lalu sejak kedatangan saya pertama di Pulau Sulawesi ini muncul angan-angan untuk bisa mengunjungi sebuah gugusan kepulauan yang terkenal karena biru-hijau lautnya dan halus-putih pasir pantainya. Dikenal pula akan berat-jauhnya perjalanan menuju kesana.

Di penghujung 2011, saya membuat resolusi. Tahun 2012, bulan apa pun, saya sudah harus menjejakkan kaki ke Togean.

Manado, Jogjakarta, Jakarta, Makassar, Solo, Ponorogo, Padang, Bukittingi, namun belum juga Togean dikunjungi. Di akhir tahun 2012, ditengah-tengah acara makan bersama bapak dan ibu tiba-tiba teringat bahwa 2012 masih menyisakan resolusi yang belum terwujud.

Jauh, melelahkan, belum ada teman di perjalanan, belum ada anggaran kesana, dan sederet alasan yang pada akhirnya hanya berbuah ajakan basa-basi semata,"Ayo, kapan ke Togean?"

Akhir bulan Februari 2013, obrolan di meja makan di sebuah hotel di daerah Sudirman Kota Manado membuahkan hasil,"Serius ya, lo berangkat dari Gorontalo. Gw berangkat dari Palu. Ketemu di Togean." Eko Apriyanto, perantau di Gorontalo berdarah murni Cikarang, mengiyakan ajakan saya waktu itu. "Sebentar lagi." batin saya.

Kegiatan Utama di Kawasan Togean, Snorkelling

Selang 2 minggu dari obrolan waktu itu, Eko memutuskan untuk ke Togean tepatnya ke Wakai (desa terbesar, pemberhentian kapal feri rute Gorontalo-Ampana) untuk kemudian menuju Pulau Kadidiri (pulau dengan tiga tempat penginapan, paling banyak di akses). Berangkat dari Gorontalo hari Jumat di pertengahan bulan Maret 2013. Keberangkatan itu diluar kesepakatan dengan saya. Hanya mengandalkan libur di Sabtu dan Minggu tidak cukup kuat membuat saya tertarik untuk berangkat dari Palu. Akhir pekan tiga hari di penghujung bulan Maret , saya ajukan. Eko bilang,"Pulang Jakarta dulu, Jack!"

"Masa Eko sudah ke Togean, gw belum."

"Kalau nunggu libur Mei, lama juga..."

"Kalau kesana sendirian, mati gaya ga ya?"