25 August 2014

Cara AirAsia Mengubah Pengalaman Terbang Saya


           Meski belum sekali pun mendapatkan Kursi Gratis dari AirAsia bukan berarti Saya tidak pernah mendapatkan tiket murah dari maskapai penerbangan yang identik dengan warna merah ini. Terakhir, tiket Surabaya-Hong Kong Saya peroleh dengan harga relatif murah untuk penerbangan di hari libur lebaran (peak season) kemarin. Pembelian pun Saya lakukan bukan di masa promo yang kadang mengharuskan kita begadang bahkan antri untuk bisa mengakses situs www.airasia.com.




          Saya suka dengan konsep murah dari AirAsia. Saya mengartikan murah bahwa jumlah uang yang Saya bayarkan sebanding dengan pelayanan yang Saya terima selama perjalanan. Bahkan, sejauh pengalaman Saya bepergian dengan AirAsia, pelayanan yang diberikan AirAsia dari sebelum terbang, selama terbang, dan setelah terbang melebihi nilai dari uang yang Saya bayarkan.

Sarapan, Chicken Panini; Makan Siang, Nasi Lemak khas Palembang

          Murah karena Saya hanya membayar apa yang Saya butuhkan. Kalau waktu terbang hanya 1-2 jam, Saya tidak perlu beli makanan selama di pesawat. Namun, jika waktu terbang cukup lama, lebih dari 2 jam, Saya biasa memesan makanan ketika proses pemesanan tiket. Pembelian makanan sebelum waktu terbang pun lebih murah daripada Saya harus membeli makanan ketika sudah berada di pesawat. Bagi Saya, AirAsia mengajak kita, khususnya penumpang (traveller) muda dengan anggaran ketat, untuk belajar mengalokasikan dana perjalanan seefektif mungkin.

Transit di KLIA2, Rumah Baru AirAsia di KL

          Lain makanan, lain pula kelegaan kursi di pesawat. Jika di beberapa maskapai lain, Saya hanya mengandalkan keberuntungan untuk bisa mendapatkan hot seat, kursi dengan ruang untuk kaki yang lebih lega, namun AirAsia menawarkan secara terbuka kepada seluruh calon penumpang untuk memperoleh hot seat tersebut dengan harga tertentu. Bagi Saya cukup adil, kalau mau duduk lebih nyaman bisa bayar lebih mahal. Kalau pun tidak mau membayar, bisa pilih kursi yang lain. Pengalaman Saya, kursi non hot seat dari AirAsia sendiri sudah cukup lega (dengan tinggi badan saya yang 175 cm).


          Tiket AirAsia bisa murah kalau kita tidak terlalu banyak membawa barang selama perjalanan. Seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya yang terbiasa membawa oleh-oleh dari setiap jalan-jalan, saya selalu membeli bagasi tambahan (checked baggage) untuk perjalanan pulang. Tapi Saya tidak perlu bagasi tambahan tersebut ketika perjalanan berangkat sebab barang yang Saya bawa cukup dibawa ke kabin pesawat. Tentunya tiket bisa lebih murah untuk perjalanan berangkat. Sekali lagi, AirAsia mengijinkan Saya untuk membayar apa yang Saya butuhkan saja.

          Situs www.airasia.com yang user-friendly dan banyaknya pilihan cara pembayaran juga turut mengubah pengalaman Saya sebagai calon penumpang ketika memesan tiket. Terakhir, pilihan pembayaran dengan kartu debit memudahkan Saya mengatur perjalanan. Saya tidak perlu menghabiskan limit kartu kredit yang seharusnya bisa Saya gunakan untuk memesan hotel atau membeli tiket atraksi secara online yang sering hanya menerima pembayaran dengan kartu kredit.

          Perjalanan terakhir Saya dengan AirAsia akhir Juli lalu Saya lakukan bersama kedua orang tua. Nyatanya orang tua juga bisa menikmati perjalanan dengan budget airlines seperti AirAsia ini. Kemudahan check in, harga murah yang saya peroleh waktu itu, kualitas makanan di pesawat, dan penanganan bagasi meninggalkan kesan buat orang tua saya terhadap budget airlines saat ini.

          Now Everyone Can Fly, slogan AirAsia, bermakna saat ini setiap orang bisa bepergian menggunakan pesawat terbang. Bagi Saya slogan ini relevan karena orang bisa terbang dengan biaya terjangkau tanpa dibebani biaya pelayanan jasa yang tidak dibutuhkan oleh semua orang. Tidak semua orang perlu makan selama di pesawat, Tidak semua orang membutuhkan bagasi tambahan ketika melakukan perjalanan, atau tidak semua orang memiliki kartu kredit. Hal sederhana, namun utama, seperti inilah yang menjadikan slogan, Now Everyone Can  Fly, relevan digaungkan oleh perusahaan yang bermarkas di Malaysia ini.

Terminal 2, Bandara Juanda


Teman Perjalanan Sejak 1988 :p

          Tidak hanya bagi Saya, kehadiran AirAsia sebagai budget airlines juga mengubah hidup banyak orang. Pengalaman Saya beberapa kali berbincang dengan pekerja Indonesia di luar negeri menunjukkan bahwa harga tiket AirAsia yang terjangkau membuat beberapa dari mereka bisa beberapa kali pulang ke Indonesia dalam satu tahun. Bagi Saya, AirAsia mengubah hidup Saya dalam hal pengalaman menggunakan maskapai penerbangan. Lima tahun lalu, Saya masih pergi ke kantor penjualan tiket di hari kerja untuk membeli tiket pesawat dengan harga yang telah mereka tentukan. Namun, dengan AirAsia kini Saya bisa membeli tiket pesawat tidak terbatas waktu dengan rincian harga yang Saya ketahui. Lima tahun lalu, dibutuhkan dana yang besar untuk tiket pesawat bagi seluruh anggota keluarga ketika merencanakan liburan. Lalu AirAsia datang dengan pilihan harga yang lebih terjangkau.  Beginilah cara AirAsia mengubah hidup banyak orang, termasuk Saya.

Pesawat AirAsia Mendarat di HKIA
Pagi Pertama di HK
(Rido Surya Anugrah, twitter: @ridodolipet, instagram: @rido29)

16 April 2013

Griya Sintesa (Manado, Sulawesi Utara)

One's destination is never a place, but a new way of seeing things.” - Henry Miller


Apa yang dibutuhkan setelah sehari penuh mengikuti pelatihan atau rapat di Kota Manado dengan topik yang menegangkan sel-sel otak dan menguras banyak keringat?

Atau apa yang idealnya dibutuhkan setelah dari pagi hari hingga sore hari bermain air, snorkel, memberi makan ikan, atau membakar kulit di Bunaken?



Jika jawabannya kamar mandi yang nyaman dengan shower air hangat yang lancar dan tempat tidur nyaman, harum dan bersih tanpa memikirkan tagihan yang terlalu besar, Griya Sintesa memenuhi kriteria.

Lupakan hotel dengan lobby mewah, ruang kamar yang luas dengan sofa cantik di pojokan, atau fasilitas olahraga yang lengkap dan terawat, karena Griya Sintesa bukan tentang itu semua.


Tripadvisor mengategorikan Griya Sintesa sebagai penginapan (Bed & Breakfast/B&B) di tengah Kota Manado. Tidak jauh dari "saudara tua"-nya yang sudah besar dan ternama akan fasilitasnya, Sintesa Peninsula Hotel. Meskipun tergolong penginapan namun aspek standar dari Griya Sintesa ini bisa saya nilai lebih baik dari penginapan pada umumnya. Kamar mandi yang luas dan bersih (luasnya hampir separuh dari bagian kamar), bantal dan selimut yang bersih, lemari yang cukup besar menampung perlengkapan saya untuk satu minggu, dan menu sarapan yang beragam untuk sebuah penginapan.



Meskipun hanya memiliki 3-4 lantai, Griya Sintesa dilengkapi lift.

Tempat sarapan adalah cafe yang terbuka untuk umum, tersedia Wi-Fi tanpa biaya tambahan dengan terlebih dahulu konfirmasi ke staf. Ramai ketika sore dan malam. Namun ketika sarapan masih cukup tenang.



Keseluruhan bangunan, Griya Sintesa tidak besar. Bahkan kamar cenderung sempit (saya dan teman sekamar saya sepakat). Saya menginap pada awal September 2012 di kamar dengan dua tempat tidur. Bisa jadi bahan pertimbangan untuk penderita Claustrophobia akut. Pada malam hari pun terdengar langkah kaki dan suara tamu lain yang berjalan di lorong. Lebih parah, menjelang subuh juga terdengar suara dari kamar sebelah. Cukup mengganggu.

Terlepas dari kekuranglegaan ruangan di kamar, Griya Sintesa memiliki staf yang sudah tentu ramah dan informatif. Saya dibantu untuk mencetakkan boarding pass hasil web check-in (saran saya untuk penerbangan pagi meninggalkan Manado lebih baik web check-in karena antrian panjang untuk counter check-in di Bandara Sam Ratulangi). Tanpa memungut biaya (di beberapa tempat lain dipungut biaya untuk cetak selembar kertas)

penunjuk arah kiblat di kamar

Di akhir ketika saya lapor untuk check-out, staf memberi voucher penggunaan fasilitas olahraga di Sintesa Peninsula Hotel secara gratis. Sederhana tapi cukup membuat saya terkesan.

Griya Sintesa juga menyiapkan sarapan lebih awal untuk tamu yang akan meninggalkan pagi-pagi buta dengan konfirmasi kepada staf terlebih dahulu. Menariknya, ketika saya lupa dan sudah di perjalanan menuju bandara, pihak hotel masih berinisiatif menelepon sopir taksi waktu itu untuk mengambil sarapannya. Servis!

Jika tidak terlalu bermasalah dengan kamar yang sempit, memiliki anggaran tidak terlalu besar untuk sebuah tempat bermalam, dan dengan itu bisa mendapatkan sarapan yang cukup baik, saya menyarankan untuk mencoba Griya Sintesa ketiga singgah di Manado.

(Griya Sintesa tidak memiliki website sendiri. Pemesanan bisa melalui telepon. Harga baik dari hotel sendiri maupun web pemesanan kamar tidak telalu jauh berbeda) 


13 April 2013

Cerita Tentang Kebun Raya Bogor

"got a good reason for taking the easy way out now.." Day Tripper - The Beatles




Colours, majalah yang disediakan pada setiap penerbangan Garuda Indonesia, memasukkan Kebun Raya Bogor sebagai tujuan wisata yang bisa dijadikan pilihan ketika mendarat di Jakarta.

Terletak di kota penyangga ibukota, Kota Bogor, tidak sulit mencapai kawasan Kebun Raya Bogor karena lokasinya yang berada di tengah-tengah kota yang dipenuhi lalu lalang angkutan umum berwarna hijau muda menyala. Banyaknya angkot, biasa warga menyebutnya, membuat Kota Bogor mendapat julukan sebagai Kota Angkot disamping julukan sebagai Kota Hujan atau Kota Talas.


Melalui jalan tol yang padat di akhir pekan, kemudian sedikit menyusuri jalanan Kota Bogor, hingga sampai di pintu masuk Kebun Raya Bogor bukan kondisi yang sulit dilalui. Sangat memungkinkan apabila ketika lelah antri untuk naik ke kawasan Puncak lalu mengubah arah kendaraan ke arah Kota Bogor untuk mengganti tujuan ke Kebun Raya Bogor. Sebab, tanpa harus menempuh perjalanan yang lebih panjang dan biaya yang relatif lebih kecil, Kebun Raya Bogor memberikan pengalaman wisata  alam di tengah kota tanpa gangguan bising kendaraan.


Terbatas memang kegiatan atraksi yang ada di Kebun Raya Bogor. Kawasan ini bukan untuk memacu adrenalin (kecuali membawa motor balap dan memacu di jalanan aspal di dalam taman, yang jelas akan dilarang). Bagi beberapa anak kecil bisa jadi membosankan karena yang nampak sejauh mereka lihat hanya terdapat tanaman, pohon, rumput, atau kolam air.

Tantangannya disini, orang tua bisa menyiapkan permainan menarik yang melibatkan anak kecil agar tidak bosan. Bawa bola dari rumah adalah cara paling mudah. Petak umpet dengan modifikasi aturan juga paling gampang dilakukan ketika menghabiskan waktu di kawasan rimbun ini.


Saya sendiri selain pernah dengan keluarga, sekedar piknik bawa tikar lengkap dengan kotak makanan lengkap, juga menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai tempat foto buku tahunan kenang-kenangan untuk satu angkatan. Titik-titik tertentu di Kebun Raya Bogor sangat cantik di depan lensa. Sering saya lihat calon penganten dan fotografer sedang mengambil gambar di setiap kunjungan ke Kebun Raya Bogor. Bawalah kamera ketika mengunjungi Kebun Raya Bogor, harus ada di catatan ketika persiapan.

Tak perlu khawatir tentang panas ketika siang hari datang ke Kebun Raya Bogor karena banyak tempat yang rindang berada di bawah pohon. Cukup luas. Namun perlu jaga-jaga apabila hujan turun, sepenglihatan saya ketika hujan pengunjung lebih memilih kembali ke kendaraan masing-masing.



Terdapat masjid di dalam kawasan Kebun Raya Bogor. Penjual makanan dan es krim cukup memberi pilihan.

Selayaknya, meski tanpa tanda pemberitahuan, sampah bekas makanan yang dibawa dari rumah paling bijak untuk dirapikan sendiri dan dibuang di tempat sampah. Kebun Raya Bogor sejauh saya lihat bersih dan bebas dari serakan sampah.


Menggelar tikar. Membaca buku baru yang belum pernah dibuka pembungkusnya padahal beli dari enam bulan lalu. Bercengkerama santai dengan bapak ibu yang jarang bisa dilakukan ketika hari kerja. Bermain lempar bola dengan keponakan yang aktif berlarian. Jalan santai mengelilingi kawasan Kebun Raya Bogor yang pada beberapa titik terdapat tema khusus  seperti bunga bangkai, taman bhineka, jembatan gantung yang dikenal akan mitosnya, atau menengok komplek makam kuno belanda. Atau sekedar tiduran mendengarkan musik sambil memainkan permainan yang ada pada telepon genggam. Jelas bukan hal yang membosankan dilakukan.



Di setiap akhir kunjungan saya ke Kebun Raya Bogor selalu bisa saya simpulkan bahwa Kebun Raya Bogor menawarkan kemudahan, biaya terjangkau, kecantikan bentang alam, serta menumbuhkan kreativitas untuk menciptakan permainan dan cara pengenalan tanaman. Tetap sama dari kunjungan saya pertama hingga terakhir.

Kebun raya serupa juga bisa ditemui di perbatasan Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang (Jawa Timur) bernama Kebun Raya Purwodadi.

Istana Bogor terletak tidak jauh dari Kebun Raya Bogor. Akses terbatas. Ijin atau konfirmasi jauh hari diperlukan. Tidak kalah cantik dan cukup sebanding dengan usaha perijinannya. 

12 April 2013

Jogjakarta dan Pondok Terra Villa.

 “to travel is worth any cost or sacrifice." - Elizabeth Gilbert. Eat, Pray, Love.

Pondok Terra Villa, Jogjakarta

Perjalanan ini saya lakukan tahun lalu, pertengahan Mei 2012. Kami, saya yang terbang dari Palu, Budi dan Vega yang tinggal di Bali, Ageth yang sehari sebelumnya tiba dari Bandung, serta Ijul, Wiga dan Koko yang berangkat dari Jakarta bertemu di Jogjakarta. Antusias karena liburan ini bisa diwujudkan setelah dua bulan kami melempar ide dan memperbaiki rencana melalui komunikasi di facebook.



Bukan masalah sulit untuk menemukan tempat bermalam di Jogjakarta, namun perlu sedikit usaha pencarian agar tidak hanya mendapatkan tempat menginap yang bersih dan nyaman, terjangkau, dan lokasi yang tidak jauh dari pusat kota. Nilai tambah apabila tempat yang kami jadikan tempat bermalam nanti memiliki tema yang unik, bangunan yang memiliki ciri, dan kursi yang nyaman sebagai tempat bercengkerama.

Kami memutuskan memilih Pondok Terra Villa karena memiliki nilai tambah tersebut. Proses reservasi pun hanya melalui email dengan sang pemilik (yang kemudian saya ketahui beliau tinggal di Belanda). Tanggapan datang cepat. Informasi mengenai harga, pilihan extra bed, fasilitas yang disediakan, dan terms & conditions yang perlu tamu ketahui diterangkan tanpa menimbulkan pertanyaan kembali.

Peralatan disediakan dan dapat digunakan

Pondok Terra Villa berada di tengah perumahan penduduk. Masuk ke sebuah gang atau lorong dari jalan besar, Jalan Panjaitan. Tidak jauh dari Alun-Alun Selatan. Dapat diakses mobil atau motor dengan tetap sopan kepada warga yang tinggal disana.

Jogjakarta Pagi Hari.

Dikelilingi tembok tinggi yang membedakan area villa dengan rumah penduduk membuat lokasinya mudah ditandai. Bahkan pada malam hari yang relatif gelap di sekelilingnya. Tiba sebelum waktu check-in dan diperbolehkan masuk ke area villa yang sudah kami pesan untuk dua malam, Villa Silver. Sesuai ekspektasi.

Bagian dalam bangunan ditata apik dengan dapur lengkap, tempat tidur bersih, meja makan dari kayu dicat menarik, dan kamar mandi yang luas dengan tambahan bath-tub (yang tidak kami gunakan sama sekali). Cantik, inspiratif, dan menyenangkan.



Kolam renang yang tidak terlalu besar dengan air  yang (ketika kami tiba disana) tidak terlalu bersih. Sisi baiknya, kolam renang ditata dengan tepat sehingga nampak indah jika mengambil gambar di area villa.

Published rate tidak termasuk sarapan. Upon on request. Tidak masalah karena villa menyediakan peralatan masak lengkap dan bisa digunakan. Terlihat bahwa sang pemilik begitu detail memilih perlatan dapurnya. Pasta instan dan potongan brownies jadi menu sarapan buatan sendiri kami di Jogjakarta.




Pagi hari sebelum menuju kawasan Candi Borobudur di utara, salah satu staf mengijinkan kami menengok area villa lain, villa Gold dan villa Diamond. Perbedaan ada pada luas area, jumlah kamar, dan properti yang digunakan. Selebihnya kami pikir sama.

Biar kata bertetangga dengan perumahan warga, suasana tenang dan hampir tidak ada gangguan selama waktu tidur kami. Air panas tidak ada catatan, tersedia cukup handuk tebal dan bathrobe, dan area luas di kamar mandi menjadi bagian terpenting.



Sesuai untuk keluarga dengan anak kecil, kumpulan anak muda yang bisa menjaga ketenangan dan paham kondisi sekitar, juga pasangan yang baru menikah.

Tempat parkir yang aman, staf yang siap 24 jam, dan pengalaman menginap tanpa harus melalui lobby-masuk lift-masuk kamar menjadi poin penting dari Pondok Terra Villa.

Suara pengeras dari masjid tak jauh dari area villa mungkin bisa membangunkan di waktu shubuh.

Selebihnya, Pondok Terra Villa di selatan Jogjakarta jelas memberi memori berbeda dibanding bermalam di sekitaran Malioboro.

Subuh di Jogjakarta
Rido, Vega, Ageth, Wiga, Ijul.


(main sources for reservation : http://www.pondokterra.com)

11 April 2013

Cerita tentang Pulau Poyalisa (Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah) - Eksekusi

“The journey of a thousand miles begins with a single step.” - Lao Tzu 



Diputuskan pada akhir bulan Maret 2013, saya berangkat menuju Togean. Tanah dan air yang sejak dua tahun lalu hanya menjadi sebuah resolusi. Bersyukur karena internet melalui wikipedia, http://poyalisa.blogspot.com, www.tikateacool.wordpress.com, tripadvisor, dan beberapa blog berbahasa asing membantu saya mendapatkan informasi. Kurang lebih satu minggu waktu yang saya butuhkan untuk mematangkan rencana.

28 Maret 2013
 
  • Minibus (dikelola agen Touna Indah Travel) membawa saya keluar dari Palu pukul 17.30 WITA. Lembur kantor yang diwajibkan saya tinggalkan.
  • Sempat singgah untuk makan malam di sebuah rumah makan tanpa nama. Nasi, ikan, rica, dan sayur yang cukup sedap. Harga, mahal.
  • Rute dari Palu ke Kabupaten Parigi Moutong melewati daerah perbukitan yang dikenal dengan Kebun Kopi. Fakta bahwa sebenarnya di bukit ini tidak ada tanaman kopi sama sekali. Unik bahwa di daerah ini yang belum jauh dari Palu yang panas tapi berhawa sejuk seperti di Puncak (Jawa Barat)
  • Sepanjang perjalanan pun tidur. Tidak terlalu nyaman. Musik diputar keras-keras oleh sopir. 

29 Maret 2013
  • Tiba di Ampana pukul 02.00 WITA. Bermalam di Marina Cottage. Bangunan kayu di pinggir pantai. Kaget, karena ada Air Conditioner.
  • Kopi pagi dengan Pak Dadang Setiwan, koresponden EVERTO (www.EVERTO.org), dan Pak Edhy. Obrolan seputar kabar yang menyebutkan mengenai rencana pembangunan bandara di Ampana dan organisasi EVERTO bentukan Marion dan Jeff (French) yang peduli akan pengelolaan sampah di Togean. 
  • Pukul 09.30 WITA, Pak Edhy mengantar saya ke kapal yang akan menyeberangkan saya ke Pulau Poyalisa. Kapal yang biasa membawa 20-40 orang penuh dengan logistik yang hanya bisa diperoleh di daratan (Ampana). Ukuran kapal yang tidak terlalu besar bisa menjadi catatan bagi yang trauma atau tidak terbiasa.
  • Kapal tanpa tempat duduk hanya selasar di dalamnya. Berisik mesin di bagian tengah. Tiga jam dengan tingkat kenyamanan terbatas. Sebisa mungkin tidur.
  • Sebelum sampai ke Pulau Poyalisa, kapal singgah di sebuah desa untuk menurunkan penumpang dan barang. Hampir satu jam setengah. Beruntung wilayah di sekitar sana sudah mulai berbeda dari yang biasa saya lihat.
  • Lepas dari desa tersebut, tak kurang dari 15 menit kemudian, disambut karang-karang yang ditumbuhi pepohonan sehingga nampak seperti pulau-pulau kecil, laut yang jernih, dan senyuman staf penginapan, saya sampai di Pulau Poyalisa.
  •  Nampak tahu bahwa saya lapar, staf langsung menghidangkan makan siang berupa Nasi, sayur daun kelor dengan santan, dan ikan sejenis cakalang, dan jeruk untuk perasan. Di seberang saya tamu dari Perancis, yang kelak saya ketahui bernama Sara and Her Boyfriend
  • Muka berminyak dan perut kenyang, saya minta diantar ke kamar. Saya pilih kamar di bukit yang menghadap laut dan sajian sunset. kamar dalam kondisi rapi.
tempat terbaik untuk membaca

  • Baru duduk di pasir putihnya, beberapa tamu terlihat nampak bersiap snorkelling di sekitar pulau. Sore itu baru membuka obrolan dengan Nina dan Henri (Finnish, Couple, Career-breaker) sepulang mereka snorkelling,"was that good?"
  • Makan malam nikmat dengan ikan segar dan perasan jeruk. Mewah bagi saya yang tinggal di Palu dengan harga masakan ikan yang mahal.
  • Tidur cukup nyenyak. Listrik di pulau ini menyala hanya dari jam 6 sore sampai 12 malam. Perhatian bagi yang kesulitan tidur dalam kondisi gelap.

30 Maret 2013
  • Sholat shubuh yang indah dihadapan lautan, disamping hijaunya pepohonan, dan dipenuhi udara segar. Perasaan terbaik.
  • Ketika pukul 08.00 WITA semua tamu sudah berkumpul untuk sarapan. Ann, 80 tahun asal Florida (US) mengawali pembicaran, dan kemudian riuh dengan obrolan. Berbagi kopi juga pagi itu dengan Georges dan Patrick (French), Bernadette (Hungarian based in Burma), dan Simon (French) dan Nana (Jakartan, his fiance). Kopi, kue, dan salad buah yang segar. Sarapan, OK.
  • Pukul 09.00 WITA saya, Ann, Nina dan Henri, Georges, Patrick, dan Bernadette naik kapal untuk diantar ke titik snorkelling yang berjarak 45 menit dari pulau. Sempat dibayangi awan mendung. Titik pertama luas, namun tidak terlalu beragam baik karang maupun ikannya. Titik kedua lebih berwarna, saya berenang sampai ujung jurang karangnya setelah ditantang oleh Ann. dari semuanya nampak saya paling amatir.

  •  Kembali ke pulau ketika makan siang. Masih dengan menu ikan. Catatan bagi yang bermasalah dengan ikan bisa disiasati dengan permintaan ganti dengan telur atau ayam. Dengan risiko, tambah harga.
  • Siang itu pula datang tamu dari Luwuk, pemuda 4 orang yang menjadi tamu Indonesia selain saya. Ajakan untuk snorkelling di sore hari tidak bisa saya penuhi selain karena ingin membaca buku Titik Nol karya Agustinus Wibowo yang saya bawa. Sambil tiduran di bangku dibawah pohon sampai sempat tertidur.
  • Terbangun ketika mendengar suara Nana,"tolong Blackberry aku ya."
  • Tidak ada sinyal komunikasi sama sekali di pulau ini.
  • Kadung terbangun, obrolan dengan Nana tentang rencana pernikahannya dengan Simon dan kehidupan kantor di Jakarta yang sedikit mengingatkan saya.
  • Makan malam lebih meriah karena sekarang ada 15 orang makan bersama. Berbagi cerita, mengasah kemampuan bahasa. Sebelumnya beberapa kali mati lampu karena ada masalah pada genset. Ann berkata kepada saya,"you, young boy, bring a bad sign." lantas dibalas gelak tawa.


31 Maret 2013
  • Pagi terakhir, sarapan terakhir, beberapa tamu mulai berpamitan sebab beberapa dari kami akan meninggalkan Poyalisa. Ann, Sara & Her Boyfriend, Simon & Nana akan menuju Wakai. Saya dan 4 orang dari Luwuk kembali ke Ampana.
  • Saya merasa berada di tempat yang tepat dan di waktu yang tepat. Saya bertemu tamu lain yang ramah. Seperti teman lama yang asyik bercengkrama, seperti keluarga yang saling bertukar cerita.
  • Tidak keberatan untuk saling bertukar alamat email, saya ide menggunakan hasil foto fuji instax saya sebagai tempat menuliskan alamat kontak mereka.
  • Masih sempat saya dan 4 pemuda dari Luwuk untuk snorkelling lagi berjarak 30 menit dari pulau. Punya waktu sampai jam 12.00 WITA, titik snorkelling hari ini adalah terbaik. Dangkal, karang berwarna-warni, ubur-ubur kecil melayang-layang, dan berhasil mendapatkan foto-foto terbaik.
  • Akhir perjalanan terasa semakin nyata. makan siang tanpa ikan karena waktu itu ikannya digoreng terlalu kering yang saya tidak suka, berpamitan dengan sisa tamu yang ada sambil berjanji akan memberi kontak satu sama lain. Saatnya melambaikan tangan dari atas kapal yang siap membawa saya kembali ke Ampana.
menu sarapan

begitu dangkalnya, begitu indahnya.


tempat sholat terbaik

Makan malam yang hangat


Boy, bekerja di tele-sub con.




Hingga pagi keesokan harinya tiba kembali di Palu, memulai rutinitas, membangun daya dan tenaga setelah melalui perjalanan darat semalaman dan tidak sesuai jadwal, cerita indah tentang pulau cantik bernama Poyalisa ini akan jadi catatan untuk masa depan tentang negeri ku ini, Indonesia.
Pagi Terbaik di Hari Minggu